Tuesday, July 28, 2009

nulis bareng mata pena

DUNIA tulis-menulis (jurnalistik) tidak semestinya harus mengandalkan bakat apalagi nasab (keturunan). Bakat bisa diunduh dengan mengikuti komunitas: tentu komunitas yang intens dalam bidang penulisan. Sedangkan nasab tidak bisa dihakimi, yang nantinya anak atau cucu bisa sepenuhnya bisa meniru orang tua maupun kakeknya yang kebetulan seorang penulis.

Kedua hal itulah yang ditolak mentah-mentah oleh Isma Kazee, penulis novel “Jerawat Santri” saat meyakinkan siswa MA Walisongo Pecangaan pada kegiatan yang bertajuk Yuk Nulis Yuk Bareng Komunitas Matapena Yogyakarta, Selasa (28/4) lalu.

Menurut Isma, bakat bisa diperoleh manakala guyub rukun dengan sebuah komunitas. Sehingga, mulai dari nol pun seseorang akan meniru kebiasaan menulis yang dimiliki oleh kawan yang lain meski harus selangkah demi
selangkah. Isma pun mulai menggeluti tulis-menulis saat nyantri di pondok pesantren Al-Fathimiyyah Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang Jawa Timur sejak 1990 silam. Pasca hijrah dari pesantren itulah perempuan kelahiran Pekalongan 31 tahun silam ini lebih giat bergabung di pelbagai komunitas-komunitas penulisan di kota gudeg Yogyakarta.

Isma menambahkan, soal keturunan dia pun bukan keturunan penulis, melainkan orang tuanya hanyalah pedagang. Namun “Ja’al Jutek” juga menjadi novel lain yang telah diterbitkan oleh Matapena, komunitas yang diikutinya saat ini.

Kegiatan yang disentralkan di aula perpustakaan Pesantren Walisongo ini dihadiri pula Mahbub Jamaluddin. Kang Mahbub penulis novel “Laskar Hizib” dan “Pangeran Bersarung” ini mengungkapkan bakat menulis lahir ketika seseorang mau memulainya. Sehingga, kemauan ingin menjadi penulis bisa dilakukan kapan saja. Maka, lelaki asal Kebumen ini mengajak puluhan peserta untuk memulai menulis mulai saat ini. Mahbub pun yakin bahwa setiap orang pasti bisa menulis.

Sementara itu, Ainun Najib, wakil kepala madrasah bagian kesiswaan menyatakan ungkapan terima kasih atas kerjasama almamaternya dengan komunitas Matapena. Menurutnya, kerjasama ini dilakukan untuk menambah wawasan maupun link (jejaring) kepenulisan kepada para aktivis ekstrakulikuler jurnalistik: meski sudah dibina secara intens dalam sepekan sekali.

Najib menambahkan, pada Agustus 2008 lalu, madrasah ini juga telah menggelar Belajar Menulis bersama Habiburrahman El-Shirazy, penulis novel best seller Ayat-Ayat Cinta (AAC) dan antusiasme peserta juga membludak. (Syaiful Mustaqim)